PRESIDEN RI KE-6 KUNJUNGI PAMERAN AKIK DI PENDOPO PACITAN
Akik Khas Pacitan - Pacitan, Mantan Presiden RI Ke-6 pun Kesengsem Dengan Akik Khas Pacitan Yang Memang Berkulaitas Terbaik dan Sudah Memenangkan Konstes Batu Akik Nusantara
Mantan Presiden SBY Kunjungi Pameran Akik Di Pendopo Kabupaten Pacitan |
"Sebagai putra asli Pacitan, SBY berharap, demam batu akik yang sudah merambah ke seantero negeri itu bisa terus dikembangkan. Utamanya di Kabupaten Pacitan yang selama ini dikenal sebagai wilayah bebatuan nan tandus, namun banyak menyimpan potensi bebatuan mulia sangat artistik. "Potensi ini saya harapkan bisa terus dikembangkan," kata SBY.Menurutnya, seiring membomingnya batu akik, sektor-sektor ekonomi masyarakat diharapkan bisa lebih berkembang lagi. Masyarakat yang semula menganggur, namun berbarengan dengan euforia batu akik, mereka bisa lebih berdaya. "Ekonomi masyarakat akan lebih meningkat. Sebab, banyak sektor tergerak dan membuka peluang pendapatan," jelasnya.
SBY : Kupat Tahu Pacitan Top!
Saat mengagendakan menicicipi kuliner kupat tahu, SBY mengajak masyarakat setempat untuk bersama-sama menikmatinya pada selasa malam, di Pusat kuliner pasar Minulyo.
Kedatangan SBY ke pusat kuliner Pasar Minulyo kian istimewa dirasakan masyarakat tatkala ada pengumuman melalui pengeras suara bahwa semua makanan yang ada di kios-kios kuliner Pasar Minulyo bisa dinikmati semua warga Pacitan secara gratis. Ternyata SBY memborong semua menu di setiap kios yang ada di Pasar Minulyo.
Pedagang setempat pun mendapati dagangannya laris diserbu warga yang ikut makan bersama SBY. Tidak sampai satu jam agenda makan bersama, semua lapak sudah kosong.
Sore harinya, tepatnya Rabu (11/3/2015) SBY pun kembali mencicipi tahu kupat Pacitan saat berbincang dalam kopi darat bersama followers instagram Ani Yudhoyono di Alloro Guest House, Jalan K Umar, Baleharjo, Pacitan. “Rasa tahu kupat minulyo top,” kata SBY singkat.
SBY pun menikmati tahu kupat bersama sembilan peserta kopdar followers instagram Ani Yudhoyono. “Saya pesen untuk kuahnya yang megung (banyak-red), kemudian tahunya jangan dipisah,” tandas SBY saat memesan kepada pelayan setempat.
Saat Ibas Berkisah Tentang Kupat Tahu Khas Pacitan
Pacitanku.com, PACITAN – Putra bungsu Presiden RI keenam, Edhie Baskoro Yudhoyono (EBY) atau yang akrab disapa Ibas punya cerita tersendiri dengan kuliner khas Pacitan, kupat tahu.
Melalui akun twitternya, @Edhie_Baskoro, anggota DPR RI ini menyampaikan bahwa kupat tahu Pacitan memiliki kekhasan dan keunikan. Hal ini yang membedakan tahu kupat Pacitan dengan kupat tahu lainnya.
“Kuliner malam Kupat Tahu Pacitan memiliki ciri khas tersendiri, berbeda dengan yang lain,” cuitnya, Selasa (10/3/2015).
Menurut Ibas, perbedaan kupat tahu Pacitan adalah terletak pada kacangnya. “Kupat tahu Pacitan khas dan unik, kacangnya tidak ditumbuk tapi disajikan utuh dan dibumbui kecap buatan sendiri, bukan dari pabrik,” imbuhnya.
Ibas pun menyarankan jika berkunjung ke Pacitan, mencoba kuliner satu ini. “Jika suatu saat Tweeps berkunjung ke Pacitan, bisa mencoba kuliner Kupat Tahu ini di Pasar Minulyo Pacitan,” pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, Presiden RI keenam, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengagendakan pulang kampung ke Pacitan selama tiga hari, terhitung sejak selasa hingga kamis lusa. Salah satu agenda SBY berserta Ani Yudhoyono dan Ibas adalah makan di kuliner kupat tahu Pacitan, sekitar pukul 20.00 WIB selasa malam.
Kunjungan SBY ke Pacitan, SBY Tanamkan Tiga Pesan Luhur
10/103/2015
Mantan Presiden SBY saat berjabat tangan dengan Bupati Indartato |
Sekalipun sempat diguyur hujan deras, langit sontak berubah menjadi
cerah mengiringi kedatangan mantan Presiden RI ke-enam, Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) ke kampung halamannya, Kabupaten Pacitan, Selasa (10/3).
Setelah menempuh perjalanan darat dari bandara Adi Sucipto, Jogjakarta,
mantan orang nomor satu di Indonesia tersebut, langsung menuju pusara
ayahandanya R. Soekotjo yang berlokasi di Taman Makam Pahlawan (TMP)
Kusuma Bangsa. SBY datang bersama istri tercintanya, Hj. Ani Yudhoyono,
dan putra bungsunya Edhie Baskoro Yudhoyono (EBY). "Asalamuallaikum,
sehat ya semuanya," sapa SBY, sesaat setelah turun dari mobil Toyota
Alphard warna hitam yang sempat mengantarkannya dari Jogjakarta menuju
Pacitan.
Kedatangan Ketua Umum DPP Partai Demokrat itu langsung disambut Bupati Pacitan, H. Indartato, Wabup Soedjono, Ketua DPRD, Ronny Wahyono, serta jajaran muspida. Seperti biasa, keakraban masih nampak lekat, saat Presiden IGGG itu berjabat tangan dengan Bupati Indartato seraya cipika-cipiki. Selanjutnya, SBY beserta rombongan langsung menuju pusara pemakaman ayahandanya guna melaksanakan ziarah dan tahlil kecil. Prosesi ziarah berlangsung sangat khusuk. Usai melaksanakan ziarah, SBY berkesempatan memberikan penjelasan pada media terkait kedatangannya ke Pacitan. Menurutnya, sudah sejak lama, tradisi ziarah itu ia lakukan setiap kali hendak melaksanakan tugas. "Ini sebagai bukti tanda bhakti seorang anak kepada ayahandanya," ujar SBY.
Sekilas, mantan Menkopolsoskam era pemerintahan Presiden Abdurahman
Wahid (Gusdur) ini, menceritakan sejarah kehidupan R. Soekotjo yang
dikenal tegas dan disiplin. Sekalipun berasal dari keluarga kurang
berada, namun almarhum R.Soekotjo, sangat kaya ilmu. Dan yang lebih
berkesan lagi, kata SBY, ayahandanya selalu menekankan agar ikhlas
melaksanakan tugas-tugas kenegaraan tanpa harus memilih tempat. "Itulah
petuah yang terus kami laksanakan disepanjang kehidupan. Termasuk kepada
anak cucu kelak," tandasnya.
Kala Anak SD Jadi Wartawan Meliput Hajatan ke 270
21/02/2015
|
Selain baju lurik yang cukup menyita perhatian, ada satu pemandangan yang unik lainnya, yaitu saat 23 wartawan cilik nampak bersemangat melakukan reportase lapangan, bertemu narasumber dan melakukan wawancara, hingga memotret narasumber.
Segala aktivitas jurnalistik dilakukan 23 anak Sekolah Alam Pacitan tersebut, lengkap dengan berbagai pertanyaan seputar Pacitan, dan tak ketinggalan juga ID Card dan kamera dari tablet sebagai pelengkap tugas seorang wartawan.
“Anak – anak tersebut adalah anak kelas 4 dari SD Alam Pacitan, dan memang diikutkan program wartawan dalam HUT 270 Pacitan ini untuk melatih keberaniannya,” kata Khrisna, salah satu guru SD Alam Pacitan, kepada Portal Pacitanku.
Lebih lanjut, Khrisna yang mendampingi para wartawan cilik tersebut menyampaikan bahwa sebelum melakukan praktek meliput, anak – anak tersebut sudah dibekali teori tentang jurnalistik di sekolah. “Selain itu, di SD Alam juga kita programkan pembuatan film bagi anak – anak tersebut,” pungkasnya.
Saat Para Kethek Ogleng “Putihkan” Halaman Pendopo Pacitan
20/02/2015 |
Para kethek ogleng tersebut diiringi puluhan penari Endang Roro Tompe, disusul si cantik dan si ganteng Dewi Sekartaji dan Panji Asmorobangun memasuki arena utama lapangan pendopo Pacitan. Mereka adalah bagian dari tarian Pacitan Bumi Kaloka. Sang kethek ogleng pun begitu lincah menari, berduet dengan endang roro tompe, menghibur masyarakat pacitan
Tari berdurasi sekitar 10 menit tersebut untuk kesekian kalinnya menghibur ratusan masyarakat Pacitan yang mengikuti jalannya puncak prosesi peringatan HUT Pacitan ke 270.
Sebagaimana diketahui, Tari Pacitan Bumi Kaloka yang pernah tampil di istana negara ini sendiri sebenarnya berangkat dari keinginan untuk mengekspresikan kondisi alam Pacitan yang memiliki kekayaan alam melimpah ruah, kondisi alam yang kaya tersebut menjadikan masyarakat Pacitan menjadi giat untuk bekerja dengan tetap menjaga keharmonisan hidup.
“Filosofi yang utama dari tari (Pacitan Bumi Kaloka) ini adalah fakta bahwa Pacitan adalah daerah yang subur, hijau, masyarakatnya pun sadar akan pelestarian alamnya, lalu kemudian kita jabarkan dalam berbagai properti dalam tari tersebut,” ujar Wasi Prayitno, Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Pacitan
Properti yang digunakan itu antara lain ada gunungan, yang menurut Wasi bermakna kondisi alam di Pacitan.
”Gunungan tersebut bergambar pohon, yang menggambarkan alam Pacitan yang sejuk dan alami, sedangkan dibalik pohon ada api yang membara, sebagai penggambaran dari situasi huru – hara, atau situasi konflik, dimana situasi ini menjadi bumbu dalam kehidupan,”terangnya.
Selain penampilan Tari Pacitan Bumi Kaloka, dalam puncak Hajatan kemarin juga digelar berbagai hiburan, seperti tari Sekar Pace, Gambyong dan kirab budaya menjelang prosesi hari jadi Pacitan.
Dalam agenda puncak tersebut turut hadir para tokoh, sesepuh, budayawan, akademisi dan segenap elemen masyarakat Pacitan.
Tari Sekar Pace Semarakkan Hari Jadi Pacitan ke 270
19/02/2015
|
Tari yang kemudian disebut tari sekar Pace tersebut merupakan tarian anyar yang dipersembahkan khusus memperingati HUT Pacitan, kamis (19/2/2015) siang.
Menurut Deasylina da Ary, salah satu penggagas tari sekar pace, tarian ini memang khusus untuk peringatan HUT Pacitan kali ini, dan ditarikan oleh 13 penari yang memiliki makna khusus.
“13 penari putri tersebut simbolisasi dari menghilangkan sengkolo 13, kemudian diciptakan pada tahun 2013,” kata perempuan yang sedang menyelesaikan program doktoralnya itu.
Dikatakan Deasy, dalam tari yang mengusung seniman Agung Gunawan sebagai koreografer ini merupakan tari yang proses garapannya terinspirasi oleh dua budaya, yakni DI Yogyakarta dan Pacitan.”Masih on progress dalam penyempurnaannya mas,” pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, dalam puncak perayaan HUT Pacitan tersebut, 13 penari perempuan melenggak – lenggok di depan para tamu undangan dan pejabat Pemkab dengan menari Sekar Pace. Selain sekar Pace, dalam puncak HUT kali ini juga tampil seni tari andalan Pacitan, Pacitan Bumi Kaloka.
Bupati Pacitan Sepakati Pengembangan Geopark Gunungsewu
18/02/2015
Para pemimpin daerah yang berkumpul di bangsal kepatihan kompleks Kepatihan Jogja menyepakati tentang tujuh point ruang lingkup kesepakatan bersama di antaranya kelengkapan dokumen adminitrasi dan pengembangan pariwisata dan pendidikan.
Sebelumnya pada bulan Juni 2014 telah dilakukan penilaian oleh tim asesor UNESCO dan menghasilkan penilaian keanggotaan Geopark UNESCO masih ditunda karena salah satunya belum optimalnya aspek kelembagaan pengelolaan. Usai penandatanganan ini harapannya Geopark Gunungsewu dapat dikenal dunia.
Gunung Sewu berada di tiga area yaitu Kabupaten Gunungkidul, Wonogiri, dan Pacitan dengan luas 1.802 km2. Geopark sendiri merupakan kawasan geografis dimana situs-situs warisan geologi menjadi bagian dari konsep perlindungan, Pendidikan dan pembangunan berkelanjutan.
Gubernur DIY Sri Sultan HB X mengatakan jika penandatangan kesepakatan ini dapat menjadi model pengelolaan alam. “Gunungsewu dikembangkan sebagai upaya pengelolaan pelestarian warisan alam oleh masyarakat setempat dan pemerintah daerah untuk tujuan wisata, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan,” ujarnya.
Saat penandatanganan kesepakatan bersama pengembangan dan pelestarian Geopark Gunungsewu dihadiri Kepala Badan Geologi ESDM Surono, Gubernur Jatim Sukarwo, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, dan Bupati Gunungkidul, Bupati Wonogiri Damar dan Bupati Pacitan Indartato.
Sementara, Gubernur Jatim, Soekarwo menilai bahwa pekerjaan besar dalam pengembangan dan pelestarian Geopark Gunung Sewu adalah menjadikan masyarakat yang awalnya merasa tidak nyaman, menjadi nyaman, sehingga akan timbul harapan dan semangat baru.
“Oleh karena itu, kesepakatan bersama ini sebagai sinkronisasi kebijakan guna mewujudkan pembangunan kawasan Geopark Gunung Sewu sebagai kawasan perlindungan dan konservasi, kawasan pendidikan dan kawasan pengembangan ekonomi masyarakat,” kata pria yang akrab dipanggil Pakdhe Karwo ini.
Lebih lanjut, Soekarwo mengatakan bahwa apabila dahulu wilayah Gunung Sewu dikenal kering dan tandus dengan adanya pengembangan dan pelestarian Geopark ini, kedepan akan menjadi tanah yang penuh dengan potensi luar biasa.
“Banyak keanekaragaman dari Gunung Sewu diantaranya bebatuan, struktur sedimen, fosil dan struktur geologi dari batuan dasar tersingkap di area Geopark Gunung Sewu yang terbentang dari Pantai Parangtritis hingga Teluk Pacitan. Pastinya, memberikan harapan memperoleh kehidupan yang lebih baik, asalkan ke-khas-an selalu dijaga. Saat ini, hanya ada tiga Geopark yang telah dikembangkan dan secara internasional menjadi tujuan pariwisata yakni di Geopark Langkawi di Malaysia, Geopark Dong Van di Vietnam dan Geopark Batur di Bali,” jelasnya.
Sebagaimana diketahui, bentangan alam kawasan Gunung Sewu yang diusulkan menjadi taman bumi (geopark) dunia sangat luas . Kawasan Taman Bumi Gunung Sewu terbagi atas 33 situs geologi, yaitu 13 situs di Pacitan, 7 situs di Wonogiri, dan 13 situs di Gunung Kidul. Di Pacitan ada 13 lokasi situs geologi, antara lain Luweng Jaran, Luweng Ombo, Goa Gong, Goa Tabuhan, Goa Song Terus, Teluk Pacitan, Pantai Klayar, Pantai Watu Karung, Sungai Baksoka, dan Telaga Guyang Warak.
Kompak, PNS di Pacitan Kenakan Lurik Mulai Senin
17/02/2015
|
Pantauan Portal Pacitanku, mulai dari pejabat di lingkungan pemerintah Kabpaten (Pemkab), dinas, hingga sekolah mulai mengenakan lurik lengkap dengan celana dan sandal mulai senin (16/2/2015).
“Ya mas, mulai hari ini (senin-red) sudah menggunakan lurik, kemudian selasa besok pakai Korpri, rabu dan kamis lurik lagi, selain instruksi bupati juga dalam rangka menyambut hari jadi Pacitan ke 270 pada kamis mendatang,” papar Sugeng, salah satu PNS di Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbuparpora) Pacitan, senin (16/2/2015).
Berbagai corak lurik pun dikenakan para PNS tersebut. Di Disbudparpora misalnya, berbagai macam corak lurik dikenakan para PNS, mulai dari lurik berwarna hitam coklat, merah jambu abu dan berbagai corak lainnya.
Dan bertepatan dengan sedang boomingnya batu akik, para PNS tersebut nampak serasi menggunakan lurik dikombinasikan dengan batu akik. Sebelumnya, Bupati dan segenap jajarannya, seperti Wakil Bupati, Sekretaris Daerah dan segenap jajarannya mulai menyosialisasikan lurik dengan mengenakannya saat acara bedah buku pada Senin siang.
Longsor di Dusun Bari Putuskan Jalur Tegalombo-Bandar
15/02/2015 |
Berdasarkan penuturan Drs. Isnandir, M Pd, salah satu warga Tegalombo, akses jalan terputus karena meterial longsor menutup jalan alternatif Tegalombo menuju Bandar tersebut.
“Yang paling parah sekitar 1 km dari pasar Tegalombo ke Bandar, di Dusun Bari Longsor sangat besar, malah katanya masyarakat seperti Banjarnegara,” papar pria yang juga Pengawas TK dan SD Kecamatan Tegalombo ini, kepada Portal Pacitanku, Ahad (15/2/2015).
Dengan putusnya jalan Tegalombo – Bandar akibat longsor parah ini, warga yang akan menuju ke Kecamatan Tegalombo harus menempuh jalan yang lebih jauh, melalui Petungsinarang dan Tahunan Baru.
Tarik Mahasiswa KKN di Pacitan, Rektor UNS : Hasilnya Silahkan Dikembangkan Masyarakat
15/02/2015 |
KKN Tematik Integratif UNS di Pacitan tersebut digelar di 18 desa di 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Pacitan, Arjosari dan TulakanPacitan, masing-masing enam desa dari tiga kecamatan, yakni Pacitan dengan desa Sumberharjo, Tambakrejo, Sirnoboyo, Mentoro, Tanjungsari dan Menadi.
Selama 45 hari di Pacitan, terhitung sejak 5 Januari hingga 18 Februari 2015, mahasiswa UNS yang berjumlah 151 orang tersebut menggelar KKN dengan tema Pengentasan Kemiskinan.
Rektor UNS, Prof. Dr. H. Ravik Karsidi. M.S. dalam siaran persnya mengatakan bahwa kegiatan mahasiswa KKN UNS Tematik Intregatif ini yang pertama di Pacitan yang sifatnya iniasi dan inisiatif, serta inspiratif masyarakat untuk berkembang dan akan dikembangkan masyarakat itu sendiri.
“Mahasiswa yang melaksanakan Program KKN tersebut akan ditarik karena telah melaksanakan programnya,” kata Guru Besar UNS bidang Sosiologi Pendidikan ini.
Empat Desa di Pacitan Dapatkan Bantuan Fasilitas Air Bersih dan Sanitasi dari Jepang
12/02/2015 |
Bantuan sosial senilai USD 108.097 tersebut diberikan melalui wahana Bina Partisipasi Masyarakat, dan diserahkan secara langsung oleh Konsulat Jenderal (Konjen) Jepang di Surabaya, Drs. Noboru Nomura, di Dusun Pinggir, Desa Jatigunung, Tulakan, Kamis (12/2/2015).
Bantuan yang terdiri dari Bak Sumber, Bak Penampung, Pipa Air, dan Kran Umum atau Public Tap Proyek ini dilaksanakan melalui Program Bantuan Hibah untuk Keamanan Manusia Tingkat Akar Rumput (Grant Assistance for Grass-Roots Human Security Projects ) oleh Pemerintah Jepang berdasarkan MoU yang ditandatangani pada 21 Februari tahun lalu.
“Kami berharap agar bantuan sarana air bersih dan sanitasi tersebut dipelihara dengan baik. Sehingga awet dan dapat terus dipergunakan oleh masyarakat,” kata Noboru Nomura saat memberikan sambutan dalam acara peresmian tersebut.
Bupati Pacitan, Indartato pun menyambut baik hibah dari Pemerintah Jepang tersebut. “Pembangunan sarana air bersih dan sanitasi sejalan dengan upaya pemerintah daerah meningkatkan derajat hidup masyarakat, yaitu melalui bidang kesehatan dan pendidikan,” paparnya.
Sebagaimana diketahui, Kabupaten Pacitan menjadi daerah dengan jumlah bantuan terbanyak, paling tidak, pemerintah Negara Matahari Terbit itu telah menyalurkan sembilan kali hibah bidang kesehatan dan pendidikan.
Konjen Jepang Berharap Instalasi Air Bersih di Pacitan Bermanfaat
12/02/2015
|
Dikatakan Noburo, Pacitan adalah salah satu daerah yang seringkali mendapatkan bantuan dari Jepang. Selain Kabupaten Pacitan dan Jawa Timur, lanjut Noburo, provinsi lain juga memiliki hak untuk mengajukan bantuan hibah ke negaranya.
Namun, menurut Noburo tidak semua daerah memenuhi syarat yang ditentukan Pemerintah Jepang. “Kami tidak melihat berapa kali daerah menerima bantuan. Tapi kami lihat sisi manfaatnya untuk masyarakat,” ucapnya.
Pria yang disebut – sebut sebagi orang satu – satunya dari Jepang yang bergelar Drs. Ini berharap agar bantuan sarana air bersih dan sanitasi tersebut dipelihara dengan baik, sehingga awet dan dapat terus dipergunakan oleh masyarakat.
“Saya tidak akan menanyakan apakah masyarakat melakukan perawatan, karena saya yakin mereka akan melakukannya dengan baik,”tukas pria penyuka sambal dan rawon Surabaya itu.
Noburo yang bertugas di Surabaya sejak 26 April 2012 itu berkesempatan hadir dalam peresmian instalasi air bersih di Tulakan. Selain Konjen Jepang, turut hadir pula Bupati Indartato, Wabup Soedjono, Ketua DPRD Ronny Wahyono dan sejumlah tokoh lainnya.
Bantuan sosial senilai USD 108.097 tersebut diberikan melalui wahana Bina Partisipasi Masyarakat yang terdiri dari Bak Sumber, Bak Penampung, Pipa Air, dan Kran Umum atau Public Tap Proyek ini dilaksanakan melalui Program Bantuan Hibah untuk Keamanan Manusia Tingkat Akar Rumput (Grant Assistance for Grass-Roots Human Security Projects ) oleh Pemerintah Jepang berdasarkan MoU yang ditandatangani pada 21 Februari tahun lalu.
Asyik Berenang, Mahasiswa UGM Terseret Ombak Ganas Klayar
12/02/2015
|
Berdasarkan informasi yang diperoleh Portal Pacitanku, Irfan terseret arus ganas ombak pantai Klayar saat berenang bersama ketiga temannya, kamis sore sekitar pukul 15.00 WIB.
Nahas, saat tengah asyik berenang dan menikmati keindahan pantai, tiba – tiba ombak besar menyeret keempat kawanan tersebut, ketiga teman Irfan, masing – masing atas nama Eko, Alfin dan Bambang selamat, sementara Irfan terseret ombak dan belum ditemukan hingga berita ini ditayangkan.
Tim dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pacitan bekerja sama dengan Kepolisian Sektor (Polsek) Donorojo, Koramil Donorojo dan masyarakat dan relawan tim SAR Seruling Samudera masih stanby dan terus melakukan proses pencarian.
Kronologi Tenggelamnya Mahasiswa UGM di Klayar
12/02/2015
|
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari berbagai sumber Portal Pacitanku, Irfan yang merupakan mahasiswa semester VI Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini berniat refreshing di pantai Klayar bersama ketiga temannya. Irfan bersama tiga temannya, masing – masing Eko, Bambang dan Alfin dengan mengendarai dua sepeda motor.
Pada kamis siang, sekitar pukul 14.15 WIB, Irfan tiba di lokasi Pantai Klayar dan berenang di pantai Klayar. Sekitar pukul 15.00 WIB, Irfan dan ketiga temannya asyik berenang di pantai Klayar, namun dikarenakan terlalu menikmati berenang di ombak pantai Klayar, Irfan tidak menghiraukan keselamatan. Irfan pun terseret ombak ganas laut selatan yang terkenal ganas dan tenggelam skeitar pukul 16.00 WIB.
Hingga berita ini diturunkan, tim gabungan masih mencari keberadaan Irfan.
Pemkab Dorong Pengembangan Akik Pacitan dengan Promosi dan Pameran
1/02/2015
|
Data dari Diskoperindag, tingkat pertumbuhan pengrajin akik di Pacitan berkembang cukup pesat. Jika pada tahun 2014 lalu hanya 125 orang dan terkonsentrasi di beberapa desa di kecamatan Donorojo, kini keberadaannya menyebar hampir diseluruh kecamatan di Pacitan.
“Sebagai salah satu pemegang kebijakan di sektor UMKM, Diskoperindag sangat mendukung perubahan ini. Salah satunya dengan mendorong melalui promosi dan pameran. Dengan demikian, produk batu akik Pacitan ini semakin dikenal di pasar nasional,” papar Nanang Endrajanto, SE, MM, Kepalas Diskoperindag Pacitan, seperti dilansir dari laman resmi SKPD Pacitan, Rabu (11/2/2015).
Sebagai bentuk keseriusan mendorong promosi batu akik, dalam agenda HUT Pacitan ke 270 kali ini, Pemkab juga memfasilitasi agenda bursa pameran dan kontes batu mulia di Gedung Pusat Layanan Terpadu (PLUT) yang digelar mulai 14-17 Februari mendatang.
Kliwon, The Last Caping, Film Misteri untuk Promosikan Wisata Pacitan
07/02/2015 |
Menurut salah satu panitia film lokal, Nur Ichwan, film yang diproduseri oleh Donny ini menceritakan tentang gerombolan pembunuh yang dikenal sebagai “Gerombolan 10 Caping”. Mereka terkenal kejam dan beringas dalam melakukan aksinya.
Ciri-ciri mereka memakai topi caping petani, menggunakan senjata clurit dan wajah masing-masing tertutup topeng. Sementara pakaian mereka seperti petani zaman dulu. Suatu kali 6 dari 10 orang itu tewas. Mereka mati satu per satu. 4 orang yang lain balas dendam.
“Film ini mengisahkan tentang misteri, dendam dan penghakiman, namun secara umum tujuan yang ingin dicapai adalah mempromosikan Pacitan, karena semua view film ini semuanya di Pacitan,” tandasnya, kepada Portal Pacitanku, baru – baru ini.
Sebagaimana diketahui, film Kliwon, the last caping ini mengambil tiga latar di Pacitan, yakni Goa Kalak, Sungai Maron dan Pantai Klayar. Direncanakan, film ini akan mulai digarap dan on camera mulai Sabtu (7/2) hingga Rabu (19/2) mendatang.
Tahun Lalu, Pemkab Pacitan Sukses Bangun 19 Jembatan dan 80 Km Jalan
07/02/2015 |
“Saat ini sudah terealisasi 19 jembatan dan 80 Km jalan mulai dari pembangunan maupun rehab. Meliputi Jalan kabupaten, desa dan jalan lingkungan,” terang Budiyanto, Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan Pacitan, seperti dilansir laman resmi SKPD Pacitan, Sabtu (7/2/2015).
Akan tetapi, dikatakan Budiyanto, saat ini masih banyak jalan dan jembatan yang membutuhkan perawatan dan perbaikan.
Pada Jumat kemarin, Bupati meresmikan Jembatan Grindulu di Tegalombo. Selain itu, Bupati Indartato juga meresmikan jembatan Cangkring Kecamatan Ngadirojo. Berbeda dengan jembatan Grindulu yang menyerap anggaran Rp 9 Milyar, jembatan Cangkring hanya menyerap anggaran Rp. 4 milyar lebih.
Selain kedua jembatan tersebut, Bupati Indartato juga meresmikan infrastuktur lainnya, diantaranya adalah Jembatan Tokawi Penggung Nawangan, Jembatan Kedung Mote Nawangan, Jembatan Kalimider Bandar, Jembatan Kledung Bandar dan Jembatan Petungsinarang Bandar.
Satu Bulan, Penderita DBD di Pacitan Capai 267 Orang
05/02/2015 |
Sebagaimana diketahui, status KLB DBD di Pacitan menambah panjang daftar kabupaten/kota yang mengalami kondisi serupa di Jawa Timur. Bila sebelumnya hanya 11 daerah, sejak 1 Februari daftar ini bertambah panjang dengan memuat 23 kabupaten/kota. Pemerintah Provinsi Jawa Timur menetapkan status itu karena jumlah kasus DBD dari Januari hingga awal Februari 2015 di daerah-daerah tersebut meningkat drastis dibanding periode yang sama tahun lalu.
Untuk mengantisipasi meluasnya serangan DBD, Dinas Kesehatan Pacitan menggalakkan program pemberantasan sarang nyamuk. Kegiatan itu menggandeng seluruh satuan kerja perangkat daerah dan sekolah-sekolah di 15 kecamatan. Seluruh wilayah ditetapkan sebagai daerah endemis DB. “Yang terbanyak di Kecamatan Pacitan. Penderitanya mayoritas orang dewasa,” kata Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Pacitan Bambang Widjanarko kepada Tempo, Rabu, (4/2/2015).
Dinkes juga getol melakukan fogging atau pengasapan dan pembagian serbuk abate. Bahan pembunuh nyamuk Aedes aegypti ini masih tersedia di gudang Dinas Kesehatan. “Untuk mengantisipasi kekurangan, kami mengajukan penambahan anggaran kepada Bupati Pacitan,” ucap Bambang.
Meningkatnya jumlah penderita DBD membuat pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Pacitan membeludak. Kepala Seksi Informasi dan Pengaduan RSUD Pacitan Suyatmi mengatakan jumlah pasien yang terindikasi mengidap DBD selama periode Januari mencapai 181. “Bertambah cukup signifikan. Alhamdulillah, semua masih bisa kami tangani dan tidak ada pasien yang ditolak,” pungkasnya.
Hore, Pacitan Kini Punya Pakaian Adat Daerah
04/02/2015
Kepastian adanya pakaian adat Pacitan tersebut dikuatkan oleh peraturan bupati pacitan nomor 188.45/134/kpps/408.21/2015 Tanggal 23 Januari 2015. Rencananya, busana yang terdiri dari pakaian resmi dan harian tersebut akan rutin dikenakan di berbagai acara bertema kebudayaan di Pacitan, termasuk hari Jadi Pacitan bulan ini.
“Matursembah nuwun, iya saya salah satu drafter (busana daerah-red) ini, dan Pak Wasi yang rekomenadasi desain saya,” tandas Nur Ichwan, konseptor baju adat Pacitan ini, saat dikonfirmasi Portal pacitanku, Rabu (4/2/2015).
Dalam desain baju adat Pacitan ini, ada dua model desain, yakni busana resmi pria dan wanita, serta busana harian pria dan wanita. Untuk busana resmi pria terdiri dari blangkon kalijagan, beskap warna hitam (wulung), jarik (Wiron) sogan dasar krem motif sidomukti, cinde latar hitam, epek timang, keris, rantai lionton gilig (bisa dari batu chalcedony), kancing batu jasper merah jumlah lima knop leher 2, bros gunung limo pacitan, cincin akik (diutamakan chalcedony) dan sandal slop.
Kemudian, untuk busana resmi wanita, terdiri dari sanggul atau jilbab/kudung, kebaya hitam (wulung), batik sogan dasar krem motif sidomukti, slop, dengan keterangan yang berjilbab tidak berselendang jika tidak berjilbab memakai selendang.
Selain baju resmi, pakaian adat pria juga ada yang berbentuk pakaian harian, yang terdiri dari busana harian pria dengan model Iket model Pacitan, Baju lurik potong gulon/koko, Kaos hitam polos, sabuk kulit, Celana kagok hitam serta Sandal srampat kulit atau ban.
Sementara untuk busana Harian Wanita, terdiri atas sanggul biasa atau jilbab/kudung, kebaya lurik kartinian, jarik latar hitam/wulung dan sandal srampat. Khusus untuk pakaian harian ini, bagi wanita boleh tidak bersanggul dengan ragam asesoris rambut bebas rapi dan praktis (untuk yang tidak berjilbab).
Selain desain model pakaian, sebagai pelengkap juga ada bross gunungan, yang terdiri atas lima puncak gunung lima, 8 tiupan dari langit bermakna HASTA BRATA Delapan sifat unggul pemimpin, Huruf Jawa ke 11 “PA”, sepasang Ombak lautan dan cempurit Sada Lanang.
Akik Pacitan Jadi Incaran Kolektor Luar Daerah
03/02/2015 |
Seperti yang dilakukan Agus, salah satu pemburu batu akik dari Kota Madiun. Akik Pacitan sangat diminati karena harga dipasaran sangat menggiurkan, tergantung motif dan tekstur batu akik. “Harganya bervariasi mas, tergantung tekstur batu dan motifnya, “ kata Agus, saat dikonfirmasi Portal Pacitanku, Senin (2/2/2015) kemarin.
Hingga saat ini, animo masyarakat terhadap batu akik belum turun, tapi malah semakin meningkat. “Dari yang sudah siap pakai hingga yang baru bahan mentah yaitu batu glondongan, batu akik pacitan bervariasi harganya yang murah hingga mahal,” imbuhnya.
Memang, berbagai varian, jenis dan bentuk batu akik membuat orang cenderung memiliki banyak pilihan untuk menggunakannya. Pun demikian dengan harganya, dari yang paling murah hingga yang paling mahal semuanya tersedia.